Lompat Batu (Fahombo) Desa Bawomataluo Nias

Lompat Batu (Fahombo) Desa Bawomataluo Nias
Awal lompatan batu

Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm atau lebih. sumber: Wikipedia bahasa Indonesia.

Desa Bawomataluo

Desa Bawomataluo

Desa Bawomataluo berada di Kabupaten Nias Selatan dan berada di daerah perbukitan. Ini menjelaskan mengapa suasananya terasa sejuk dan nyaman di atas sana. Bawamataluo dinamai seperti lokasi yang berarti "Bukit Matahari". Setelah sampai di desa, Anda bisa melihat tangga batu dan beberapa rumah tradisional. Yang unik adalah rumah-rumah ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Pondasinya terbuat dari kayu dan rumah-rumah ini memiliki ruangan yang terbuat dari daun sagu.

Kebudayaan Adat Pulau Nias Impian Indonesia merupakan salah satu negara didunia ini yang memiliki banyak suku bangsa meskipun berbagai perkembangan jaman sudah mengarah pada hal yang lebih modern. Beberapa suku terutama suku suku pedalaman masih mempertahankan berbagai contoh seni budaya Indonesia serta adat istiadat meskipun sudah mulai ada budaya luar yang masuk. Bahkan beberapa suku di Indonesia ini telah banyak menarik minat bangsa luar untuk mempelajari berbagai hal terkait dengan kehidupannya.

Salah satu suku yang cukup banyak menyita perhatian luar adalah suku nias yang berada di pulau nias di wilayah provinsi sumatera utara. Menurut wikipedia, suku nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka “Ono Niha” (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai “Tanö Niha” (Tanö = tanah).

Menurut mitologi yang berkembang di masyarakat nias, orang orang nias berasal dari sebuah pohon kehidupan dengan bernama Sigaru Tora’a yang terletak disebuah tempat yang dipercayai oleh suku nias dengan nama Tetehöli Ana’a. Kedatangan pertama suku nias ini diawali oleh munculnya 9 orang putra dari pohon kehidupan tersebut. Mereka keluar dari Tetehöli Ana’a karena dihukum setelah melakukan upaya perebutan kekuasaan tahta Sirao.

Meskipun sampai saat ini berlum ada yang mengetahui sejak kapan suku nias mendiami pulau nias masih banyak penduduk asli dari suku nias yang tetap mempertahankan kebudayaan suku nias. Sama halnyadengan kebudayaan suku asmat, penduduk suku nias juga memiliki beberapa kebudayaan yang sering menarik wisatawan baik luar maupun manca negera untuk mengunjungi nias. Berikut beberapa kebudayaan suku nias yang banyak menarik wisatawan`

Lompat Batu

Lompat Batu (Fahombo)
Tradisi dan budaya yang sangat terkenal dari suku nias adalah tradisi lompat bambu. Menurut wikipedia, Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia “Lompat Batu” adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik dan cukup aneh namun menarik hingga ke seluruh dunia.Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm.

Tradisi hombo batu ini merupakan sebuah tradisi di Desa Bawo Mataluo yang digunakan untuk menentukan kedewasaan seorang pemuda apabila mampu melompat melewati batu dengan mengandalkan kemampuan fisiknya dan bantuan batu penompang kecil untuk pijakan melompat. Sebelum proses Hombo batu ini akan ada beberapa upacara adat khas dari suku nias yang dilakukan terlebih dahulu.

Tari tarian dari suku Nias
Sama halnya dengan kebudayaan suku aceh, suku nias juga memiliki beberapa kebudayaan berupa seni tari. Tarian tarian yang lahir dari masyarakat pulau nias merupkan tarian yang dulunya ditujukan untuk prosesi upacara atau kegitan adat tertentu. Beberapa tarian dari suku nias memiliki unsur unsur keindahan seni tari yang cukup unik serta menarik. Berikut beberapa jenis tarian yang cukup terkenal dari suku nias.

Tari maena, tarian dengan gerakan sederhana yang dilakukan untuk mengiringi salah satu alat musik traditional dari nias yang bernama maena untuk perempuan dan folaya untuk laki laki. Tarian ini dapat diikuti oleh banyak orang dan sering dilakukan dalam kegiatan terbuka di pulau nias.

Tari Fataele, tari ini merupakan tarian traditional indonesia yang merupakan tari perang dari suku nias. tari fataele ini tidak bisa dilepaskan dari tradisi lompat batu yang ada di Pulau Nias dan sering dipertunjukan secara bersamaan untuk menyambut wisatawan yang datang ke Pulau Nias. Kesenian ini merupakan kesenian yang berasal dari Nias selatan sehingga hanya dapat disaksikan di Nias Selatan.

Rumah Adat

Rumah Adat
Sama halnya dengan kebudayaan suku bali dan suku suku lainnya di Indonesia, suku nias juga memiliki rumah adat khas yang disebut sebagai Omahoda. Karena adanya perkembangan jaman dan masuknya berbagai pengaruh dari luar Nias menjadikan jumlah rumah adat yang ada di Nias sekarang sudah sedikit yang bisa di temui. Seperti contohnya yang terdapat disalah satu desa adat Kampung Bawamataluo yang dulunya memiliki banyak rumah rumah adat nias namun sekarang sudah banyak yang mengalami modifikasi dari bentuk aslinya.


Rumah ada nias ini memiliki bentuk khas dari tradisi nenek moyang yang selalu membuat rumah untuk membantu melindungi dari berbagai ancaman lingkungan luar serta hewan buas. Rumah adat nias ini memiliki bentuk tumah panggung dengan
desing dan arsitek yang sangat luar biasa.

Pakaian Adat
Kebudayaan suku nias yang sampai saat ini masih dipertahankan lainnya adalah pakaian adat. Pakaian adat nias berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti merah, hitam, dan putih. Filosofi warna kuning keemasan pada pakaian adat nias ini untuk melambangkan kejayaan, kemakmuran, kekuasaan, dan kebesaran. Pakaian ada untuk wanita disebut sebagai Oroba Si’oli dan baru oholu untuk laki laki.
  • Lokasi

  • Koleksi Foto









“Ya'ahowu”
Selamat datang kembali

Bagi masyarakat Nias, “Yaahowu” bukan lah kata yang asing ataupun baru. Kata Ya’ahowu telah membudaya dan telah turun-temurun digunakan sebagai kata salam. Ya'ahowu mungkin terlihat sebagai sebuah kata yang sederhana, tetapi masyarakat Nias meyakini bahwa kata Ya'ahowu mengandung arti yang baik, Ya'ahowu berarti ter(di)berkati.

Kata Ya'ahowu selalu mengawali dan mengakhiri suatu pembicaraan, baik diacara formal maupun non formal. Kata Ya'ahowu merupakan kata sapaan khas bagi masyakat Nias, yang selalu mengakrabkan antara satu dengan yang lain. Dimanapun masyarakan Nias berada, kata Ya'ahowu selalu melekat pada pribadi mereka, hal ini merupakan ciri dari masyarakat Nias.

Dalam hal ini, masyarakat Nias tentu sangat paham dengan penggunaan maupun makna dari kata Ya'ahowu tersebut. “Yaahowu dijawab dengan Ya'ahowu”. Misalkan, saya mengucapkan “Ya'ahowu” kepada Anda, maka Anda menjawab saya dengan “Ya'ahowu”, beginilah kata Ya'ahowu ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa masing-masing yang mengucapkan Ya'ahowu tersebut mengharapkan berkat terjadi kepada kehidupan satu sama lain.

Saya berharap makna dari kata Ya’ahowu ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dengan mengucapkan atau mendengar kata “Ya'ahowu” yang mengandung arti berkat, kiranya bisa mengajak kita untuk menjadi berkat bagi sesama. Saya berharap siapapun kita, mari melihat saudara-saudara di sekitar kita yang membutuhkan bantuan, dan Jadilah berkat dengan bukan hanya sekedar simpati tetapi bisa juga empati. "Yaahowu" .

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama