Kayu Pulau - Jayapura

Kayu Pulau adalah salah satu pulau yang menghiasi teluk Humboltd Bay. Buat kamu yang sering melewati sepanjang pantai Dok II, atau hang out di kupang (kursi panjang), Kayu Pulau selalu mengundang banyak mata untuk meliriknya, terutama di malam hari, saat Salib yang berada di atas pulau tersebut dinyalakan.

Kayu Pulo - Jayapura City

Pulau ini sangat mudah dijangkau. Dengan menumpang motor ojek (perahu motor) dari dermaga Weref kamu bisa sampai di Kayu Pulau dalam waktu 5 menit, cukup dengan membayar Rp 3.000 sekali jalan atau kamu dapat mencarter motor ojek Rp. 50.000/pp yang siap mengantar kamu ke semua tujuan (Doksem, Doklim, Dokdu, Dokem, Argapura, Hamadi dll). Dulunya ada jembatan yang mempermudah jarak tempuh, namun jembatan tersebut telah rusak akibat terjangan air laut.

Walaupun Kayu Pulau sangat mudah dijangkau, namun jarang sekali orang mau berwisata kesana. Ini dikarenakan para tetua adat sejak dulu melarang orang luar masuk ke pulau mereka termasuk pemerintahan. Tetapi aturan tersebut tidak berlaku lagi, saat ini pemerintah telah masuk dengan adanya KPK (Kepala Pemerintahan Kampung), dan ada juga masyarakat luar yang mengadakan wisata rohani seperti rit-rit, menyelam, mancing dsb. Pulau ini hanya dihuni oleh 117 jiwa, sebagian besar masyarakat kampung Kayu Pulau lebih memilih mendiami daerah di luar pulau.

Orang Kayu Pulau telah berada ratusan tahun yang lalu di pulau ini. Mereka adalah suku Sibi Rumah Cone, yang pertama-tama mendiami pulau ini, ada juga Suku Sibi Rahabeam, Suku Hai dan Suku Soro. Sedangkan Suku Jouwe yang berasal dari daerah Cycloop, datang dan mendiami Pulau Kosong, atau pulau yang saat ini mayoritas penduduknya berasal dari Pulau Buton. Keberadaan Suku Jouwe di Kayu Pulau dikarenakan rumah (Karware) mereka dibakar oleh suku lain. Kehancuran yang diakibatkan oleh kebakaran mengakibatkan kepedihan di hati Suku Jouwe. Mereka duduk meratapi nasib mereka dipinggir pantai, hingga terdengar oleh warga di Kayu Pulau. Para tetua adat di Kayu Pulau merasa iba sehingga memanggil mereka untuk tinggal di Kayu Pulau.

Di para-para adat, orang Kayu Pulau mengangkat Suku Jouwe menjadi bagian dari keluarga besar mereka dengan cara tinggal sekampung dan diberikan batas-batas wilayah yang dibagikan oleh orang Kayu Pulau. Sibi diujung Barat, Sedangkan Suku Hai di ujung Timur, Suku Jouwe yang terdiri dari dua bersaudara mendapat bagian wilayah di tengah-tengah dan bertugas mengatur kampung serta menjadi penguasa laut dan Suku Soro yang bertugas sebagai pesuruh. Mereka hidup berdampingan dibawah Satu Tifa dan Satu Para-para Adat. Sebagai contoh, saat Sibi mengadakan acara adat, Jouwe akan berdansa dan Sibi memberikan makan, begitupun sebaliknya. Ketentraman masyarakat Kayu Pulau sempat terusik pada saat pecah perang dunia kedua, Seluruh penghuni kampung mengungsi ke Kampung Ormu. Hingga tahun 1946, saat perang mulai mereda, warga kembali pulang ke Kayu Pulau dan mendiami kembali pulau itu hingga saat ini.

Dulunya mata pencahariaan orang Kayu Pulau adalah nelayan tradisional. Cukup dengan mata kail, nyimu (nilon), kalawai dan lobe atau pelepah kelapa kering yang digunakan sebagai penerang dimalam hari, dalam mencari makan. Namun seiring kemajuan jaman, masyarakat lebih memilih untuk bekerja pada sektor-sektor lain, daripada menjadi nelayan.

Pemimpin tertinggi dalam masyarakat adat Kayu Pulau dipeggang oleh Suku Sibi sebagai Ondoafi Umum, yang saat ini dijabat oleh……, dan Ondoafi Jouwe untuk Suku Jouwe dijabat oleh……

Dalam tatanan hukum adat di Kayu Pulau, perempuan mendapat tempat yang sangat dihormati. Perempuan dilarang untuk mencari nafkah. Apabila laki-laki tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, perempuan dapat meminta tolong kepada keluarganya yang lain. Apabila perempuan menafkahi laki-laki, hal ini dianggap tabu, karena menjatuhkan harga diri kaum pria. Tetapi banyak aturan-aturan adat yang saat ini tidak lagi dipatuhi, seperti pelanggaran yang dilakukan kaum wanita dimana mereka dapat duduk-duduk atau bersantai dan memancing di jembatan utama, yang sebenarnya hal ini dianggap tabu.

Tatacara pembayaran mas kawin di Kayu Pulau tidak berbeda dengan daerah lainnya di Papua. Mas kawin berupa manik-manik, gelang atau berupa uang yang besarnya disesuaikan dari mata rumah ke mata rumah atau suku ke suku. Seperti anak-anak bangsawan/Ondoafi berbeda dengan anak-anak dari golongan masyarakat umumnya.

Bahasa yang digunakan saat ini oleh masyarakat Kayu Pulau kebanyakan adalah bahasa Indonesia. Generasi sekarang tidak lagi menguasai bahasa Kayu Pulau, kalaupun ada yang menggunakan bahasa, tidak lagi seperti tuturan aslinya atau bahasa dalamnya. Banyak orang tua yang was-was, akan kehilangan akar budaya akibat peradaban modern sehingga generasi sekarang dan akan datang tidak lagi mengenal dari mana mereka berasal. Untuk itu diharapkan orang-orang tua dapat menuturkan bahasa daerah dan hukum adat kepada anak-anak mereka sehingga adat istiadat sebagai identitas masyarakat Kayu Pulau tidak punah.

Fasilitas umum yang ada di Kayu Pulau adalah Gereja, Air bersih dan Listrik. Sekitar tahun 1955-1958 sempat berdiri sekolah kampung atau setingkat SD yang disebut Dorp School.

Walaupun kayu pulau terlihat kecil, tetapi hak ulayat tanah adat mereka sangat besar. Batas wilayah mereka dimulai dari pesisir pantai Berg En Dal (Resimen), Caro Moho (gunung dimana saat ini berdiri Gereja Katedral di Argapura), Fanggasgu Moho (gunung depan pelabuhan Jayapura hingga Pemancar Polimak), Syosyo Nyarei (Kodam), Foti Na (Ajen), Fate (Kali biru APO), Meraribo, Himill Port’s atau Pintu Surga (BMG-Angkasa) dan berakhir di Milo School (SMA Gabungan Dok V).

Kampung yang wilayahnya meliputi Tahima Soroma (Laut – Darat), kini mengalami banyak kerusakan. Jembatan-jembatan yang menghubungkan rumah ke rumah hampir seluruhnya hancur, rumah-ruhah yang nyaris roboh akibat terjangan angin dan ombak, belum lagi abrasi yang merusak pantai mereka dan sampah-sampah dari darat yang mengotori kampung. Warga kampung berharap ada bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki kampung mereka.

Mereka juga meminta kepada walikota, untuk segera merelokasi masyarakat di Pulau Kosong, agar pulau tersebut dapat dijadikan obyek wisata yang dapat mendatangkan income bagi masyarakat kampung.

Nah, kamu bisa traveling ke pulau ini tanpa biaya besar, tetapi mendapatkan panorama yang luar biasa. Sumber google

Berikut Photo dari dan menuju Kayu Pulau, Jayapura.

Perjalanan Menuju Kayu Pulau - Jayapura
Menggunakan Perahu Ikan

Kayu Pulau - Jayapura

Kayu Pulau - Jayapura

Selfie - Perahu Ikan
Kayu Pulau - Jayapura

Menuju Pulau
Kayu Pulau - Jayapura

Berenang
Kayu Pulau - Jayapura

Kayu Pulau - Jayapura

Kayu Pulau - Jayapura

Tepar
Kayu Pulau - Jayapura

Bakar Ikan
Kayu Pulau - Jayapura

Sepak Bola
Kayu Pulau - Jayapura





Kayu Pulau - Jayapura

Kayu Pulau - Jayapura

Kayu Pulau - Jayapura

Kayu Pulau - Jayapura

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama