Valent Huba |
Para pendekar pun tak kenal lelah untuk mencari ilmu di setiap penjuru bumi yang ada di dunia ini. Dengan ini team bocah bolang pengelena men survey lokasi dimana para pendekar pendekar yang sering mencari ilmu dan bertapa di lokasi itu.
Biasanya pengunjung kawasan Banten Lama hanya menghabiskan waktu untuk berziarah ke makam sultan dan kerabat sultan, atau berkeliling ke Benteng Surosowan. Padahal di kawasan ini ada sebuah Museum Banten Lama yang bisa jadi alternatif kunjungan wisata.
Tempat ziarah Makam Sultan |
Dengan membayar Rp 2.000 per orang, pengunjung bisa sepuasnya menikmati aneka koleksi benda-benda bernilai sejarah di dalam museum seluas 700 meter persegi ini. Saat pertama memasuki museum, pengunjung langsung disambut dengan Arca Nandhi yang berada di sebelah kanan museum. Patung yang dipercaya sebagai tunggangan Dewa Shiwa ini merupakan benda paling tua yang berada di dalam museum.
Patung yang dahulunya berada di depan pendopo Pemkab Serang ini ditaksir merupakan benda dari jaman Kerajaan Padjajaran atau sebelum Kesultanan Banten berdiri. “Kemungkinan Arca Nandhi berasal dari jaman Hindu-Budha saat Kerajaan Padjajaran masih ada di Banten,” terang Ahmad Mulya, koordinator pada Museum Banten Lama,
Di dalam museum ini juga terdapat sejumlah benda-benda yang menunjukkan kejayaan peradaban Kesultanan Banten masa lalu. Sebuah gerabah (gentong) untuk menetralisasi air hujan untuk dikonsumsi. “Gentong itu ditanam di dalam tanah. Sampai sekarang masih ada masyarakat yang menggunakan cara tersebut untuk menetralisasi air hujan agar bisa diminum.
Aneka benda yang terbuat dari batu, logam, hingga pakaian juga terdapat dalam museum yang berada di bagian timur Masjid Agung Banten. Benda-benda itu terdiri dari berbagai bentuk, mulai dari batu bata, macam senjata, perabotan rumah tangga, perhiasan, alat pertanian, aneka jenis uang dari jaman kesultanan sampai jaman pra kemerdekaan juga terdapat di museum ini. Terang sang pendekar salah satu pengunjung.
Sang Pendekar Mojokerdis |