Perjalanan ke situ gunung merupakan perjalan santai untuk menikmati alam, udara yang segar dan pemandangan yang begitu indah. Namun perjalanan kali ini adalah sesuatu perjalanan yang ekstrim, dimana para penjelajah / rombongan akan mendaki gunung naik turun naik turun bukit lagi tanpa kenal lelah.
|
Cisaat - Situgunung | Sukabumi |
|
Cisaat - Situgunung | Sukabumi |
Lokasi
Terletak di Desa Gedepangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.
Peta dan Koordinat GPS
Aksesbilitas
Berjarak sekitar 16 km dari kota Sukabumi ke arah Bogor atau sekitar 9 km dari kecamatan Cisaat. Kondisi jalan ke Kawasan Wisata Situ Gunung sudah beraspal dan dapat dilalui kendaraan mulai dari roda dua hingga roda enam. Pintu masuk ke kawasan ini berada di samping kantor Polsek Cisaat di Jalan Raya Bogor-Sukabumi.
Bagi yang menggunakan kendaraan umum dari kota Sukabumi dapat menggunakan angkutan umum (angkot) no. 08 yang berwarna hijau muda dengan trayek Sukabumi - Cisaat. Selanjutnya turun di depan alun-alun Cisaat kemudian menyeberang jalan dan berjalan kaki sedikit ke arah tempat mangkal angkot jurusan Kadudampit yang berada dijalan disamping kantor Polsek Cisaat. Karena biasanya angkutan umum ini tidak sampai ke depan gerbang masuk lokasi wisata Situgunung, maka harus bayar lebih supaya diantar langsung kesana.
Ada dua jalur (jalan kaki) menuju air terjun, yaitu dari perkemahan Situ Gunung dan dari perkemahan Cinumpang. Kalau mau sedikit memicu adrenalin, anda bisa mengambil jalur berangkat dari perkemahan Situ Gunung dan kembali lewat perkemahan Cinumpang. Jalur dari perkemahan Situ Gunung cukup menantang karena turun naik di pinggir jurang. Sementara jalur lewat perkemahan Cinumpang relatif lebih ringan, bahkan (kalau berani) bisa ditempuh dengan ojek seperti yang telah dibahas di atas.
Umumnya jalur kedua yang banyak dipilih, hal ini karena relatif mudah dan dekat untuk ditempuh. Untuk jalur ini dimulai dari pintu masuk gerbang dimana setibanya di pintu ini akan dijumpai pesimpangan jalan bercabang dua, jika ke kiri ke arah lokasi danau Situ Gunung dan jika lurus ke arah area perkemahan Cinumpang. Jarak tempuh ke area perkemahan ini sekitar 1 km dengan kondisi jalan sudah beraspal. Untuk menuju ke sana dapat berjalan kaki, membawa mobil sendiri atau menyewa ojek. Setibanya di area perkemahan Cinumpang ini perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki (trecking) melewati jalan setapak naik turun sejauh sekitar 1 km menuju Curug Sawer.
Tiket dan Parkir
Tiket masuk adalah Rp 3000 per orang dan biaya parkir
Bagi yang ingin camping harus membayar biaya camping sebesar Rp. 5000 per hari.
Fasilitas dan Akomodasi
Di kawasan wisata Situ Gunung tersedia beberapa warung makan, toilet, mushola, pusat informasi dan area parkir. Selain itu juga tersedia area perkemahan yang cukup luas sekitar 5 ha dengan beberapa blok. Dimana masing-masing blok disediakan kamar mandi, jamban dengan beberapa ruangan lengkap dengan air bersih. Bagi yang tidak membawa perlengkapan camping, pihak pengelola menyediakan tenda dan alat camping lainnya.
Juga di sekitar kawasan ini (sebelum pintu masuk) banyak tersedia cottage atau vila. Harga yang ditawarkan antara Rp. 250 ribu hingga Rp. 350 ribu per malam.
Wisata lain
Danau Situ Gunung dengan luas sekitar 10 ha dengan panorama yang indah dikelilingi bukit dan tegakan pohon cemara.
Berikut merupakan hasil sustel di wilayah Cisaat - Situgunung, Sukabumi
|
V I L L A |
|
Ladang Bawang Batak |
|
Cisaat - Situgunung | Sukabumi |
|
Cisaat - Situgunung | Sukabumi |
|
Cisaat - Situgunung | Sukabumi |
|
Cisaat - Situgunung | Sukabumi |
so olo hamu mambantu iba.....
hape alani hamu do iba martumbuki disi
++ - - SEKILAS VIDEO - - ++
[Tampilkan Sejarah][Tutup]
Sejarah
Dikisahkan, pada sekitar tahun 1800-an, saat perang antara penjajah Belanda dengan kerajaan Mataran, banyak dari para bangsawan melarikan diri ke berbagai tempat di pelosok pulau Jawa. Salah satunya adalah seorang bangsawan kerajaan Mataram bernama Rangga Jagad Syahadana yang lahir pada tahun 1770, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Mbah Jalun yang menjadi buronan bangsa Belanda.
Dalam salah satu pelariannya, Syahadana melintasi kota Cirebon dan Kuningan dimana kemudian dia bertemu dan menikahi seorang wanita asal kota Kuningan Jawa Barat tersebut pada tahun 1808. Pelariannya terus berlanjut, menghindari kota bogor yang ramai, melewati Gunung Gede dan Gunung Pangrango hingga akhirnya dia menemukan sebuah hutan lebat dengan air jernih yang mengalir serta pemandangan yang indah di kawasan Banten. Sehingga akhirnya dia memutuskan untuk menetap di tempat tersebut bersama istrinya.
Pada tahun 1814, pasangan tersebut dikaruniai seorang putra yang kemudian diberi nama Rangga Jaka Lulunta. Sebagai ungkapan suka cita dan rasa cintanya, Syahadana membangun sebuah danau dengan tangannya sendiri dibantu dengan peralatan sederhana seperti kulit kerbau untuk mengangkut tanah dan menamainya “Situ Gunung” yang berarti “Danau di Gunung”.
Akhirnya Belanda mencium keberadaannya di tempat tersebut. Namun ketika bangsa Belanda datang ketempat tersebut, mereka sangat takjub dengan keindahan tempat tersebut apalagi danau tersebut adalah karya seorang buronan.
Selama melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang dilakukan dengan berpindah-pindah beliau pernah beberapa kali tertangkap yaitu, tahun 1810 di Sumedang, tahun 1840 di Cisaat Sukabumi.
Pada tahun 1840, Mbah Jalun tertangkap dan akan dijatuhi hukuman gantung di alun-alun Cisaat, tetapi berhasil melarikan diri dengan meninggalkan anak dan istrinya. Syahadana akhirnya wafat tahun 1841 di daerah Bogor. Namun, hingga saat ini makamnya masih dirahasiakan oleh keturunannya.
Telaga Situgunung kemudian diambil alih secara paksa oleh Belanda, dan dibangun kembali pada tahun 1850. Di kawasan tersebut pernah dibangun perhotelan dengan nama Hotel Situgunung.
Kawasan ini telah diteliti oleh beberapa peneliti bangsa Belanda yaitu diantaranya adalah : Reinwardt (1819), Junghun (1839 – 1861), JE. Teysman(1839). AR Walace (1861), SH Koorders (1890), Treub (1891), Dr. Van Leuweun (1918) dan CGGJ Van Steenis (1920-1952) yang membuat koleksi tumbuh-tumbuhan sebagai dasar penyusunan sebuah buku berjudul “Mountain Flora of Java”.
Puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), dan jenis-jenis dari keluarga Fagaceae. Jenis-jenis selain tersebut diatas terdapat juga damar (Agathis sp.), saninten (Castanopsis argantea), hamirung (Vernones arborea), gelam (Eugenia fastigiata), kisireum (Cleistocalyx opertculata), lemo (litsea cubeba), balektebe (litsea sp.), suren (Toona sureni), riung anak (Castanopsis javanica), walen (Ficus ribes), merang (Hibiscus surattensis), Kipanggung (Trevesia sondaica), kiputat (Planchornia valida), Kareumbi (Homolanthus populnea), manggong (Macaranga rizoides), adalah jenis-jenis yang mendominasi pada sub Montana.
Dalam perkembangan selanjutnya sebagai realisasi untuk mengikutsertakan Perum Perhutani Taman Wisata Tangkubanparahu termasuk salah satu dari 18 lokasi Taman Wisata di Pulau Jawa yang pengusahanya diserahkan kepada Perum Perhutani. Dan pada tanggal 4 Juni 1990, SK Dirjen tersebut dicabut/diganti dengan SK Menteri Kehutanan No. 184/Kpts-II/1990.
Sebagai tindak lanjut dari Surat keputusan tersebut maka disusunlah Rencana Karya Lima Tahun Tahap II sebagai dasar pelaksanaan selama lima tahun (1997 ? 2001) yang terarah dan terinci. Sejak tahun 1990, hak pengusahanya telah diserahkan kepada Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, dan sejak tahun 1997 di-KSO-kan dengan PT Shorea Barito Wisata.
Secara astronomis kawasan Situgunung terletak antara 106 54’37′ ? 106 55’30′ Bujur Timur 06 39’40′ ? 06 41’12′ Lintang Selatan, latittude: -6.83333333333 longitude: 106.916666667. Berada pada ketinggian 950-1035 meter diatas permukaan laut, dengan rata-rata suhu antara 18-28 derajat Celcius dengan curah hujan rata-rata pertahun 3385 mm. Memiliki topografi datar hingga bergelombang dan berjarak kurang lebih 25 Km dari kota Sukabumi dengan luas area sekitar 20,5 hektar. Lokasinya merupakan bagian dari zona pemanfaatan intensif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Menurut Schmidt dan Perguson TWA Situgunung mempunyai tipe iklim B. Curah hujan rata-rata 1.611 ? 4.311 mm per tahun dengan 106-187 hari hujan per tahun. Suhu udara berkisar antara 160 C ? 280 C dan kelembaban rata-rata 84 persen.
Fasilitas
Berbagai sarana untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan wisatawan yang berkunjung di TWA Situgunung diantaranya telah tersedia:
- Pesanggrahan: tersedi 4 buah pesanggrahan dan sebuah gedung serbaguna yang dapat menampung 200 orang.
- Bumi perkemahan: Areal perkemahan seluas 5ha dibawah tegakan hutan damar memiliki fasilitas berkemah yang cukup lengkap.
- Pusat informasi dan pelayanan: sarana ini dimaksudkan sebagai tempat memberikan penerangan dan informasi tentang kawasan serta peraturan-peraturan lainnya.
- Jalan setapak: jalan setapak yang dibuat dengan maksud untuk memperlancar dan sekaligus memberi petunjuk bagi wisatawan tentang potensi-potensi yang ada dalam kawasan, karena jalan setapak ini dibuat sebagai penghubung tempat-tempat yang mempunyai potensi dan atraksi wisata.
- Kafetaria: menyediakan dan melayani kenutuhan makanan dan minuman bagi wisatawan.
- Kios Cenderamata: sarana ini diperuntukan guna memenuhi kebutuhan wisatawan akan kenang-kenangan atau tanda mata.
- Shelter/kopel: Bangunan ini dapat dipakai sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam.
- Fasilitas lainnya: tempat parkir, musholla, MCK, dermaga, taman bermain dan teater alam.
Aksesbilitas
Lokasi TWa Situgunung dapat dicapai dengan mudah. Sarana yang tersedia untuk menuju lokasi dapat dilakukan dengan angkutan umum atau ojeg motor yang ada dikecamatan Cisaat. Jarak dari kota Sukabumi dengan TWA Siugunung 15km dengan waktu tempuh yang diperlukan sekitar 30menit.